Berikut ini merupakan
fakta-fakta yang terjadi di sekitar kita, yang mengakibatkan dunia musik
Indonesia menjadi membosankan, antara lain :
1.Plagiat
Plagiarisme adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator.
Plagiarisme adalah penjiplakan atau pengambilan karangan, pendapat, dan sebagainya dari orang lain dan menjadikannya seolah karangan dan pendapat sendiri. Plagiat dapat dianggap sebagai tindak pidana karena mencuri hak cipta orang lain. Di dunia pendidikan, pelaku plagiarisme dapat mendapat hukuman berat seperti dikeluarkan dari sekolah/universitas. Pelaku plagiat disebut sebagai plagiator.
Di
Indonesia sendiri banyak plagiator-plagiator yang tidak mengakui bahwa
dirinya plagiat (meskipun banyak juga yang tidak plagiat, namun pamor
mereka kalah oleh yang plagiat), baik itu penyanyi solo, group band,
pengarang lagu dan banyak lagi. Mereka beralasan, hanya meng-influence
aliran/genre musiknya saja, dan itu sudah menjadi satu senjata andalan
bagi mereka untuk beralasan. Dan ketika salah satu penyanyi solo atau
group band sukses dengan ke-plagiator-annya, maka yang lain sepertinya
berlomba-lomba untuk mengikuti jejak plagiator sukses tersebut. Dan
akhirnya, semakin membosankan musik Indonesia.
2.Lip-sync
Lip-sync atau lip-synch adalah istilah teknis untuk pencocokan gerakan bibir dengan suara. Dalam sebuah konser musik atau siaran langsung di televisi, lip sync merupakan hal yang kontroversial.
Lip-sync atau lip-synch adalah istilah teknis untuk pencocokan gerakan bibir dengan suara. Dalam sebuah konser musik atau siaran langsung di televisi, lip sync merupakan hal yang kontroversial.
Di negara
China, kementrian kebudayaan telah mengeluarkan kebijakan tentang lip
sync pada bulan Agustus 2009. Kementerian mengeluarkan kebijakan itu
karena menilai bernyanyi lip sync termasuk kebohongan publik. Dan
sebulan dari itu, dua penyanyi China, Starlets Yin Youcan dan Fang
Ziyuan kedapatan hanya bercuap-cuap saat mereka konser di Provinsi
Sichuan. Mereka di denda sekitar 80 ribu yuan atau RRp. 110 juta
sekaligus menjadi korban pertama kebijakan kementrian kebudayaan.
Kebijakan itu dikeluarkan karena pada tahun 2008, panitia Olimpiade
Beijing melakukan tindakan kontroversial. Memasang gadis muda yang
bernyanyi lip sync saat upacara pembukaan Olimpiade. Panitia beralasan
tindakan itu dilakukan karena penyanyi sebenarnya tidak cukup cantik
untuk ditunjukkan ke seluruh dunia.
Di Indonesia sendiri, lip
sync menjadi sesuatu yang wajar dan pelaku nya pun sepertinya
nyaman-nyaman saja (yang penting di bayar kata "mereka"). Banyak
acara-acara pagelaran musik yang menggunakan "jasa" lip sync, baik itu
di siarkan langsung oleh televisi maunpun tidak. Dan acara tersebut
sukses menyedot penonton dan menaikkan rating acara tersebut
mengakibatkan menjamurnya acara "lip sync show" di berbagai
stasiun-stasiun televisi swasta di Indonesia. Namun, banyak juga
acara-acara konser musik yang tidak menggunakan "jasa" lip sync, seperti
: indiefest, soundrenalin, dan banyak lagi.
3.Tema Lagu Yang Sama
Dalam hal pemilihan judul lagu, hampir semua penyanyi, group musik, ataupun pencipta lagu memiliki tema yang sama. Ini membuat semakin membosankannya musik di Indonesia. Ketika seorang penyanyi atau group musik memiliki sebuah lagu yang sukses dengan tema, misalkan "selingkuh", maka dengan serempak penyanyi atau group musik yang lain membuat lagu dengan tema tersebut (meskipun tidak semua, tetapi kebanyakannya begitu). Mereka mencoba peruntungannya dengan tema lagu tersebut, meskipun dengan musik seadanya. Dan ini sangat-sangat menyedihkan.
Dalam hal pemilihan judul lagu, hampir semua penyanyi, group musik, ataupun pencipta lagu memiliki tema yang sama. Ini membuat semakin membosankannya musik di Indonesia. Ketika seorang penyanyi atau group musik memiliki sebuah lagu yang sukses dengan tema, misalkan "selingkuh", maka dengan serempak penyanyi atau group musik yang lain membuat lagu dengan tema tersebut (meskipun tidak semua, tetapi kebanyakannya begitu). Mereka mencoba peruntungannya dengan tema lagu tersebut, meskipun dengan musik seadanya. Dan ini sangat-sangat menyedihkan.
4.Pemaksaan Karakter
Mungkin hanya di Indonesia saja yang memiliki aktris/aktor segala bidang. Pemain sinetron, penyanyi, pemain film layar lebar, penulis lagu, presenter, dan sebagainya bersatu dalam satu karakter. Mereka menyebutnya "Aktris/aktor Serba Bisa". Apakah dengan begitu, bisa disebut "serba bisa"? Belum tentu!. Karena banyak contoh yang memperlihatkan ke-lucu-an tersebut. Seseorang yang tidak memiliki bekal, bahkan bakat dalam dunia musik di paksakan untuk terjun kedalam dunia musik, maka yang terjadi adalah ke-lucu-an. Mereka menggunakan label keartisannya untuk mendongkrak popularitas di dunia musik. Memang itu hak mereka untuk berbuat seperti itu, tapi apakah mereka melihat hak orang lain?!. Namun, banyak juga yang asalnya terjun di dunia perfilm-an yang akhirnya hijrah ke dunia musik dan sukses.
Mungkin hanya di Indonesia saja yang memiliki aktris/aktor segala bidang. Pemain sinetron, penyanyi, pemain film layar lebar, penulis lagu, presenter, dan sebagainya bersatu dalam satu karakter. Mereka menyebutnya "Aktris/aktor Serba Bisa". Apakah dengan begitu, bisa disebut "serba bisa"? Belum tentu!. Karena banyak contoh yang memperlihatkan ke-lucu-an tersebut. Seseorang yang tidak memiliki bekal, bahkan bakat dalam dunia musik di paksakan untuk terjun kedalam dunia musik, maka yang terjadi adalah ke-lucu-an. Mereka menggunakan label keartisannya untuk mendongkrak popularitas di dunia musik. Memang itu hak mereka untuk berbuat seperti itu, tapi apakah mereka melihat hak orang lain?!. Namun, banyak juga yang asalnya terjun di dunia perfilm-an yang akhirnya hijrah ke dunia musik dan sukses.
Selain dari kalangan artis, banyak juga dari
sekelompok orang yang mencoba untuk sukses di dunia musik. Dan bagi
mereka yang tidak memiliki bakat dalam dunia musik, akhirnya akan
tenggelam seiring dengan bermunculannya sosok-sosok yang memiliki bakat
di dunia musik.
5.Kekuasaan Ada di Tangan Major Label
Mungkin inilah penentu seseorang atau sekelompok orang sukses atau tidaknya mereka dalam dunia musik. Dan ini merupakan fakta yang sangat jelas. Major Label-lah yang mengelola rekaman suara dan penjualannya, termasuk promosi dan perlindungan hak cipta. Mereka biasanya memiliki kontrak dengan artis-artis musik dan manajer mereka. Dan sepertinya sudah tidak perlu di jelaskan lagi, bagaimana major label - major label yang ada di Indonesia, sudah tahu sama tahu. Kekuasaan Major Label bisa sampai ke kreativitas atau improvisasi para musisi yang di kontraknya (mungkin di Indonesia saja). Dan hampir semua Major Label di Indonesia seperti itu!
Mungkin inilah penentu seseorang atau sekelompok orang sukses atau tidaknya mereka dalam dunia musik. Dan ini merupakan fakta yang sangat jelas. Major Label-lah yang mengelola rekaman suara dan penjualannya, termasuk promosi dan perlindungan hak cipta. Mereka biasanya memiliki kontrak dengan artis-artis musik dan manajer mereka. Dan sepertinya sudah tidak perlu di jelaskan lagi, bagaimana major label - major label yang ada di Indonesia, sudah tahu sama tahu. Kekuasaan Major Label bisa sampai ke kreativitas atau improvisasi para musisi yang di kontraknya (mungkin di Indonesia saja). Dan hampir semua Major Label di Indonesia seperti itu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar